Jumat, 30 November 2012

Street photograph




Laporan KIMIA


KATA PENGANTAR

 

          Puji syukur kahadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ini tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan Laporan ini disusun berdasarkan pengalaman dan ilmu yang saya peroleh selama Praktikum. Laporan ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas tentang Laju Reaksi
          Laporan ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang Laju Reaksi
          Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terimakasih yang sedalam –dalamnya kami sampaikan kepada :
-         Dra. Hasinah Martini selaku guru mata pelajaran kimia.
Demikian Laporan ini kami buat semoga bermanfaat dalam mempermudah pemahaman kami dalam mempelajari ilmu kimia.

Mataram, 28  November 2012



                                                                                                                        Penyusun

 

 

 

 

 

 



 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecepatan atau laju reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi maupun product dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu pereaksi hasil (produk) umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi. Laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematik yang dikenal sebagai hukum laju atau persamaan laju.
aA + bB → cC + dD
Dimana a, b, c, d merupakan koefisien reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan dengan :
V = k [A]x  [B]y
Lambang [A][B] menunjukkan konsentrasi molar, pangkat x dan y merupakan angka – angka bulat yang kecil, perlu diingat bahwa tidak ada hubungan antara pangkat x, y dengan koefisien reaksi a, b, c, dan d.
Bagaimanapun, untuk lebih formal dan matematis dalam menentukan laju suatu reaksi, laju biasanya diukur dengan melihat berapa cepat konsentrasi suatu reaktan berkurang pada jangka waktu tertentu. Sebagai contoh andaikan kita memiliki suatu reaksi antara dua senyawa A dan senyawa B. Misalkan setidaknya salah satu diantara mereka merupakan zat yang bisa diukur konsentrasinya misalnya, larutan atau dalam bentuk gas.
A + B → product
Untuk reaksi ini kita dapat mengukur laju reaksi dengan menyelidiki berapa cepat konsentrasi katakana A berkurang per detik, kita mendapatkan, sebagai contoh pada awal reaksi konsentrasi berkurang dengan laju 0,004 mol/dm3 s. Hal ini berarti tiap detik konsentrasi A berkurang 0,004 mol per desimeter kubik. Laju ini akan meningkat seiring reaksi dari A berlangsung.




BAB 2

LANDASAN TEORI


2.1    Pengertian Laju Reaksi

Laju reaksi adalah cepat atau lambatnya suatu reaksi berlangsung. Pengetahuan tentang laju reaksi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari – hari dan industry. Laju reaksi ditentukan melalui percobaan, yaitu dengan mengukur banyaknya pereaksi yang dihabiskan atau banyaknya produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu.
Perhatikan persamaan reaksi umun berikut.
A → B
            Ketika awal reaksi, yang tersedia adalah konsentrasi A, sedangkan konsentrasi B belum ada. Setelah beberapa waktu reaksi berlangsung, konsentrasi A akan berkurang sedangkan konsentrasi B mulai bertambah. Jadi, laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi tiap satuan waktu. Secara matematis dirumuskan dengan.
Laju Reaksi =  V
  • Molaritas
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volume zat pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat laju reaksi tersebut akan berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan atau bereaksi lebih lambat dibandingkan molaritas yang lebih tinggi. Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah :
V = k [A]x[B]y
Dimana :          V = Laju Reaksi
                         K = konstanta kecepatan reaksi
                         x = orde reaksi zat A
                        y = orde reaksi zat B
Tetapan reaksi (k) ialah suatu tetapan yang hanya bergantung pada jenis pereaksi, suhu, dan katalis harga k akan berubah jika suhu berubah. Reaksi yang berlangsung cepat memiliki harga k yang besar. Orde reaksi adalah bilangan pangkat yang menyatakan bertambahnya laju reaksi akibat naiknya konsentrasi. Pada reaksi di atas, x adalah orde reaksi terhadap A dan y adalah orde reaksi terhadap B. Orde reaksi keseluruhan adalah x + y.

  • Laju Rerata
Laju rerata adalah rerata laju untuk selanh waktu tertentu. Perbedaan antara laju rerata dengan laju sesaat dapat diandaikan dengan laju kendaraan. Misalnya suatu kendaraan menempuh jarak 300 km / 5 jam = 60 km/jam. Tentu saja laju kendaraan tidak selalu 60 km/jam. Laju sesaat ditunjukkan oleh speedometer.

  • Laju Sesaat
Laju sesaat adalah laju pada saat tertentu. Sebagai telah kita lihat sebelumnya, laju reaksi berubah dari waktu ke waktu. Pada umumnya, laju reaksi makinkecil seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. Oleh karena itu, plot konsentrasi terhadap waktu berbentuk garis lengkung seperti gambar di bawah ini.

2.2    Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi


  • Luas Permukaan Sentuh
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang penting. Semakin luas permukaan sentuh akan menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi,  sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi. Luas permukaan semakin mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan tumbukan. Semakin luas permukaan zat semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi, semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan berlangsung cepat.

  • Suhu
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat apabila suhu dalam suatu reaksi dinaikkan. Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi
ARRHENIUS:
k = A . e-E/RT

dimana:            k : tetapan laju reaksi
A : tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksi
E : energi pengaktifan
R : tetapan gas universal = 0.0821.atm/moloK = 8.314 joule/moloK
T : suhu reaksi (oK)


Dari hasil eksperimen didapat kesimpulan bahwa laju reaksi dirumuskan dengan :
V = Vo
Dengan :           V = Laju reaksi akhir
Vo = Laju reaksi mulu – mula
n = Setiap kenaikan n kali
ΔT = Perubahan suhu
a = Kenaikan setiap a°C


  • Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama, yaitu :
1.  Katalis Homogen
Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantara kimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan katalisnya:
A + C → AC . . . . . . .(1)
B + AC → AB + C . . . . (2)
Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :
A + B + C → AB + C
2.  Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisnya. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan antara produk dan katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas.
Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta yang digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis yang paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amoniak menggunakan besi biasa sebagai katalis. Konverter katalitik yang dapat menghancurkan produk emisi kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat dari platina dan rodium.

2.3  Orde Reaksi

Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen dari konsentrasi dalam persamaan laju. Orde suatu reaksi tak dapat diperoleh dari koefisien pereaksi. Dalam persamaan berimbangnya, akan tetapi hanya akan diperoleh dari penetapan eksperimen dengan cara menentukan bagaimana pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi ( laju reaksi bergantung pada konsentrasi pereaksi – pereaksi tertentu ).
  • Orde nol
Adalah reaksi yang lajunya ditulis sebagai :
Dimana k adalah konstanta laju orde nol. Persamaan diferensial di atas dapat diintegrasikan dengan kondisi – kondisi awal t = 0, [A] = [A]0
[A] = [A]0   kt atau k
Persamaan di atas menyatakan bahwa laju reaksi orde nol tidak tergantung pada konsentrasi reaktan.
  • Orde Satu
Adalah reaksi – reaksi yang lajunya berbanding langsung dengan konsentrasi reakstan, reaksi ini dapat ditulis sebagai berikut : A → produk
V = k [A] yang pada integrasi memberikan
ln  = ln [A]0 – kt atau [A] = [A]0 e-kt atau k
[A] adalah konsentrasi reaktan pada t = 0. Secara grafik untuk reaksi – reaksi orde satu, plot ln [A] atau log [A] terhadap t harus berupa garis lurus. Intersep merupakan konsentrasi pada t = 0 dan k dapat dihitung dari kemiringan grafik (slope).
  • Orde Dua
Dalam reaksi orde II, laju berbanding langsung dengan kuadrat konsentrasi dari satu reaktan atau dengan hasil kali konsentrasi yang meningkat sampai pangkat satu atau dua dari reaktan – reaktan tersebut.
-          Tipe 1
2A → produk = k [A]2
Yang pada integrasi memberikan : + kt
Dimana [A]0 adalah konsentrasi reaktan pada t = 0
-          Tipe 2
aA + bB → produk
Dimana a ≠ b dan [A]0 ≠ [B]0 . Persamaan laju diferensial adalah
.  V = k [A][B]
Dan persamaan laju yang diintegrasikan adalah   ln  = kt
Jika a = b = 1, persamaan menjadi :
-  ln  = kt
  • Orde Tiga
Dalam suatu reaksi orde tiga III dapat dilihat dalam 3 ( tiga ) tipe berbeda
-          Tipe 1
Reaktan → produk
Dan persamaan yang diintegrasikan dengan  =  pada t = 0 adalah   kt , atau  k
-           Tipe 2
Laju sebanding dengan kuadrat konsentrasi dari reaktan dan pangkat satu dari konsentrasi reaktan kedua, yaitu :
V = k [R1]2[R2]
-          Tipe 3
Laju sebanding dengan hasil kali konsentrasi dari ketiga reaktan yaitu :
= k
Dan bentuk terintegrasinya adalah :
ln  = kt



BAB 3

METODE PERCOBAAN


3.1    Alat dan Bahan

3.1.1  Alat – alat

a. Gelas kimia              f. Spiritus
b. Gelas ukur               g. Kaki tiga
c. Stop watch              h. Tabung reaksi
d.Termometer
e. Penangas air

 3.1.2  Bahan – bahan

a. Larutan Na2S2O3 0,5 M
b. Larutan HCl 0,5 M
c. Larutan HCl 1 M
d. Larutan HCl 2 M






3.2  Cara Kerja.

3.2.1. Pengaruh Konsentrasi Pereaksi

- Disiapkan  gelas kimia ke-1  dan diisi 25 ml larutan HCL 0,5 M.
- Disiapkan gelas  kimia ke- 2 dan diisi 25 ml larutan HCL 1 M.
- Potong pita mg sama panjang.
- Masukkan  pita mg ke dalam HCL 0,5 M dan 1 M secara bersamaan.
- Hitung waktu keduanya hingga pita mg habis dah catat hasilnya.
IMG02798-20121121-1036

3.2.2. Pengaruh Luas Permukaan.

- Disiapkan 2 gelas kimia dan diisi dengan HCL 1 M.
- Siapkan 1 gr serbuk pualam dan 1 gr kristal pualam.
-  Masukkan pada masing – masing gelas kimia secara bersamaan.
- Hitung waktu habisnya dan cacat hasil pengamatan.
IMG02802-20121121-1050

3.2.3. Pengaruh Suhu pada laju reaksi

- Disiapkan 1 gelas kimia dan diisi dengan 25 ml larutan Na2S2O3
- kemuadian, diletakkan di atas kertas putih yang telah diberi tanda silang.
- Dimasukkan larutan HCL 2 M sebanyak 2 ml, diamati waktu yang diperlukan hingga tanda silang tidak terlihat lagi.
 IMG02818-20121121-1107000 IMG02820-20121121-1107
- Ukur suhu awal larutan tersebut.
- Larutan tersebut dipanaskan pada penangas air hingga suhunya naik 100 C
IMG02817-20121121-1103
- Membandingkan dengan hasil tanpa pemanasan

IMG02821-20121121-1110











 

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1    Hasil Percobaan

a. Pengaruh Konsentrasi Pereaksi.
No
[HCl]
Pita mg
t
1
1
I buah
600 sekon
2
0,5
1 buah
420 sekon
 b. luas permukaan.
No.
[HCl]
Pualam
t
1.
1M
Serbuk pualam
90 sekon
2.
1M
Kristal pualam
960 sekon
c. Pengaruh Suhu
Dengan konsentrasi [HCl] 1 M dan [Na2S2O3] 0.03 M waktu yang ditempuh selama 5 sekon. Suhu awal 32°C menjadi 42°C. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh suhu lebih cepat dari pada laju reaksi dengan pengaruh konsentrasi.

4.2    Pembahasan.

 Persamaan Laju Reaksi
Molaritas adalah banyaknya mol terlarut tiap satuan volume zat pelarut, hubungan dengan laju reaksi adalah, semakin besar molaritas suatu zat maka, semakin cepat laju reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi. Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah :
V = k
     Dimana : V = Laju reaksi
                     k = konstanta k
                     m = Orde reaksi zat A
                     n = Orde reaksi zat B

BAB 5

PENUTUP

 

5.1    Kesimpulan

- Menentukan laju reaksi suatu reaksi kimia
- Mengetahui perbedaan laju reaksi tiap konsentrasi
- Mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh pada laju reaksi















DAFTAR PUSTAKA

 

Purba,Michael. 2004. KMIA untuk SMA kelas XI. Jakarta; Erlangga.
Purba,Michael. 2006. Kimia UNTK SMA KELAS XI SEMESTER 1. Jakarta; Erlangga.
Parning, Horale, Tipan. 2007. KIMIA 2. Jakarta Timur; Yudhistira.
Syukri, 1999, kimia dasar jilid, penerbit: ITB, Bandung.
Keenan, W.K, dkk, 1989, Kimia Untuk Universitas, penerbit: Erlangga, jakarta.
Tim Dosen Teknik Kimia. 2011. “Penuntun Praktikum Kimia Dasar”.                                              Universitas Lambung Mangkurat : Banjarbaru.
         Wanibesak, Emser. 2010. “Pembuatan, Pengenceran, dan Pencampuran Larutan”.

SEJARAH


Budi Utomo

Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana. Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia. Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Kongres Budi Utomo yang pertama berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908. Kongres ini dihadiri beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya, dan Batavia. Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan beberapa hal berikut.
a. Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura.
b. Tidak melibatkan diri dalam politik.
c. Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya.
d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai ketua rupanya dimaksudkan agar lebih memberikan kekuatan pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif dalam rangka menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha memantapkan keberadaan Budi Utomo diusahakan untuk segera mendapatkan badan hukum dari pemerintah Belanda. Hal ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran dasar Budi Utomo disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua
aliran berikut.
a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo.
a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik. Berikut ini beberapa bentuk peran politik Budi Utomo.
a. Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Budi Utomo mampu menerbitkan majalah bulanan Goeroe Desa yang memiliki kiprah masih terbatas di kalangan penduduk pribumi. Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.
Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
a. perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.

Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
a. mengembangkan jiwa berdagang,
b. memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera,
d. menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
e. tidak bergerak dalam bidang politik, dan
f. menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
Kecepatan tumbuhnya SI bagaikan meteor dan meluas secara horizontal. SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia. Antara tahun 1917 sampai dengan 1920 sangat terasa pengaruhnya di dalam politik Indonesia. Untuk menyebarkan propaganda perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan surat kabar yang bernama Utusan Hindia.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah kolonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme. Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana. Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia. Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Kongres Budi Utomo yang pertama berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908. Kongres ini dihadiri beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya, dan Batavia. Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan beberapa hal berikut.
a. Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura.
b. Tidak melibatkan diri dalam politik.
c. Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya.
d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai ketua rupanya dimaksudkan agar lebih memberikan kekuatan pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif dalam rangka menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha memantapkan keberadaan Budi Utomo diusahakan untuk segera mendapatkan badan hukum dari pemerintah Belanda. Hal ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran dasar Budi Utomo disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua
aliran berikut.
a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo.
a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik. Berikut ini beberapa bentuk peran politik Budi Utomo.
a. Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Budi Utomo mampu menerbitkan majalah bulanan Goeroe Desa yang memiliki kiprah masih terbatas di kalangan penduduk pribumi. Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.
2. Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
a. perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
a. mengembangkan jiwa berdagang,
b. memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera,
d. menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
e. tidak bergerak dalam bidang politik, dan
f. menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
Kecepatan tumbuhnya SI bagaikan meteor dan meluas secara horizontal. SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia. Antara tahun 1917 sampai dengan 1920 sangat terasa pengaruhnya di dalam politik Indonesia. Untuk menyebarkan propaganda perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan surat kabar yang bernama Utusan Hindia.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah kolonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme. Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).

SEJARAH NKRI

Berdasarkan perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, pada saat digulirkannya Pada awal tahun 1900 pemerintah Hindia-Belanda menerapkan kebijakan politik ethis sebagai bentuk balas budi kepada pribumi dengan mengadakan suatu sistem pendidikan di wilayah Indonesia. Akan tetapi karena biaya yang dibebankan untuk mendapatkan pendidikan ini terlalu mahal, maknanya tidak semua pribumi mampu menikmati pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Dari sinilah terbangun strata sosial di dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Adapun bentuk strata sosial tersebut telah memposisikan pribumi sebagai kaum mayoritas berada pada kelas terbawah, kelas di atasnya adalah ningrat-ningratnya pribumi dan para pendatang dari Asia Timur (Cina, India, Arab, dsb), kemudian kelas teratas adalah orang-orang Eropa dan kulit putih lainnya.

Hal ini menjadikan pribumi sebagai kaum mayoritas semakin terbodohkan, termiskinkan, terbelakang dan tertindas. Sehingga pada tahun 1908, Dr. Soetomoe membangun pendidikan bagi kaum pribumi secara informal dan gratis dengan nama Budi Utomo sebagai bentuk kepedulian terhadap pribumi yang semakin tertindas. Pada akhirnya pendidikan pribumi tersebut diteruskan oleh Ki Hajar Dewantara dengan mendirikan Taman Siswa pada tahun 1920 secara formal, pendidikan pribumi yang di jalankan oleh Dr. Soetomoe dan Ki Hajar Dewantara telah membangkitkan jiwa-jiwa kebangsaan dan persatuan untuk melakukan perlawanan kepada Belanda, yang pada akhirnya mengakumulasi lahirnya Bangsa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui momen Sumpah Pemuda pada kongres Pemuda II di Jakarta yang berasal dari Jong-jong atau pemuda-pemuda dari berbagai kepulauan di Indonesia yang memiliki komitmen untuk mengangkat harkat dan martabat hidup Orang-orang Indonesia (pribumi).

Bangsa Indonesia yang terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 kemudian bahu membahu mengadakan perlawanan kepada pihak Belanda untuk merebut kemerdekaan Indonesia dan barulah 17 tahun kurang 2 bulan kurang 11 hari atau tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 atas berkat rahmat Allah SWT Bangsa Indonesia dapat mencapai kemerdekaannya dalam bentuk Teks Proklamasi yang dibacakan oleh Dwi-Tunggal Soekarno-Hatta. Keesokan harinya, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Bangsa Indonesia membentuk suatu Negara Republik Indonesia dengan disahkannya konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai aturan dasar di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

TUJUAN NKRI
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial …”.

Dari rumusan tersebut, tersirat adanya tujuan nasional/Negara yang ingin dicapai sekaligus merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh Negara, yaitu:
1.            Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2.            Memajukan kesejahteraan umum;
3.            Mencerdaskan kehidupan bangsa;
4.            Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.


NKRI PADA MASA PENJAJAHAN

Sebelum masa penjajahan Belanda
Penguasa dan pemilik tanah di Nusantara adalah Kerajaan (tanah swaparaja) dan Mayarakat Adat (tanah ulayat).

Pada masa penjajahan Belanda di berlakukan :
1.            Domain Verklaring : Semua tanah milik Pemerintah Jajahan kecuali apabila bisa membuktikan pemilikannya sehingga Pribumi dianggap sebagai OKUPAN (penggarap), karena pembuktian kepemilikan harus tertulis sesuai Hukum Perdara Barat, hal ini tidak memungkinkan bagi Masyarakat Adat.
2.            Agrarish Wet : untuk mengundang investor maka diterbitkan Hak Eigendom untuk hak milik, Hak Erpach untuk perkebunan, Hak Opstal untuk bangunan. Tanah kerajaan dipetakan sebagai Sultan Ground (tanah swapraja). Hak Adat dan hak masyarakat adat tidak diakui.
3.            Kojnklik Besluit : Hanya warga eropa yang dapat memiliki Hak Eigendom atau yang dipersamakan dengan warga eropa dengan Besluit dari Ratu Belanda, sehingga hanya dipunyai oleh warga timur asing yang kaya (seperti Oei Tiong Ham) dan para Raja2 nusantara yang berpengaruh.
4.            Hukum Perdata Barat.
Sejak itu berduyun-duyun para kapitalis berkembang di bumi nusantara. Selama penjajahan terjadi ketidakadilan dan penghisapan manusia atas manusia dalam rangka pengembangan kolonial Belanda. Tahun 1928 terjadilah SUMPAH PEMUDA dimana Bangsa Indonesia diikrarkan di Nusantara oleh para pemuda dari berbagai daerah Nusantara, walaupun sebelumnya telah ada pertemuan para raja se Nusantara untuk bersatu tetapi belum sampai terwujud dalam bentuk ikrar kebulatan tekad sebagaimana para pemudanya di Nusantara.

KESIMPULAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang dibentuk berdasarkan semangat kebangsaan (nasionlisme) oleh bangsa Indonesia yang bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tampah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosil.
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social


Hari Kebangkitan Nasional

yang bertepatan dengan 20 Mei dengan perjalanan sejarah yang diawali dengan lahirnya gerakan nasionalis pertama yaitu Boedi Oetomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928).

Dimulai dengan lahirnya gerakan nasionalis pertama Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, seabad plus setahun yang lalu. Pergerakan nasional ini diprakarsai oleh Dokter Soetomo di Jakarta. Dengan dorongan dilahirkannya Boedi Oetomo ini, kemudian lahirlah Sarekat Islam, di tahun 1912, di bawah pimpinan Haji O.S. Tjokroaminoto bersama Haji Agus Salim dan Abdul Muis.

Dalam tahun 1912 itu lahir pula satu gerakan politik yang amat penting, yaitu Indische Partij yang dimpimpin oleh Douwes Dekker (Dr. Setiabudhi), R.M. Suwardi Suryaningrat dan Dr. Tjipto Mangunkusumo. Tahun 1913, partai ini dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda dan pemimpin-pemimpinnya ditangkapi dan kemudian dibuang dalam pengasingan.


Namun, terlepas dari hal tersebut diatas, kita tidak bisa pungkiri bahwa realita saat ini tidaklah demikian. Kita pribadi terkadang merasakan aroma ketidak pedulian masyarakat terhadap ruang sejarah publik yang seharusnya dapat dikeruk manfaatnya. Betapa tidak, coba saja tenggok tanggal 2 Mei kemarin yang bertepatan dengan hari
Pendidikan Nasional. Momentum ini hanya diperingati secara seremonial saja tanpa ada implementasi kritis yang terus berkesinambungan. Akibatnya nasib pendidikan di negeri kita yang tercinta ini masih memprihatinkan.

Kebangkitan bukanlah sekedar melek dari ngantuk, atau berdiri tegak dari duduk, melainkan motivasi apa gerangan yang menggelitik sehingga insan melek dari kantuknya sehingga ia tegak berdiri dari santainya yang berleha-leha.

Sulit dipungkiri ! Andailah dipikir panjang teriring jiwa tenang, manusia kini ternyata tengah dilanda kegelisahan yang amat parah, kegelisahan yang tidak Cuma disebabkan oleh satu hal, namun disebabkan oleh berbagai hal yang pada saat ini tengah mementaskan peranannya yang merisaukan.

Risau adalah pangkalnya segenap jikalau, dan andai jikalaunya terlampau membludak, maka hidup ini akan kehilangan arah, kehilangan makna, yang termasuk amal kreatifitasnya. Dan andai hidup terputus dari gerak kreatifitasnya, maka bersemaraklah mimpi-mimpi yang penuh dengan ‘berandai-andai’.

Manusia adalah jenis makhluk yang doyan berfikir, yang bahkan oleh Ibn Khaldun disanjungnya sebagai sumber segenap kesempurnaan dan puncak segala kemuliaan, andai dibandingkan dengan makhluk lainnya ciptaan Allah !. namun dengan segenap sanjungan yang disandangnya terukir senyum bangga, diam-diam makhluk yang namanya manusia itu….. semakin lama semakin gelisah saja tinggal di pemukiman fana ini. Ia gelisah menatap masa depannya. Ia gelisah menatap segenap bentuk perubahan culture, perubahan pitutur, bahkan perubahan umurnya sendiri yang semakin uzur.

Manusia dengan sandang sanjungnya gelisah terhadap segenap kemunduran dan kemajuan umat. Gelisah terhadap canggihnya teknologi yang semakin memukau, gelisah terhadap berbagai tantangan hidup yang semakin membingungkan dan membimbangkan sambil tak menyadari bahwa Tuhan tak membebani umat-Nya dengan takaran tantangan yang berlebihan. Atau dengan kata lain, pada hakekatnya manusia itu tidak dibebani beban orang lain sehingga, andai ia tak mampu bangkit, tak usahlah menyalahkan orang lain, lebih-lebih lagi menyalahkan Tuhannya sendiri ! dan iapun tak memikul dosa orang lain !

Manusia yang masih bercokol dalam wawasan jahiliyah yang sempit, yang parsial-simpek, akan sulit bangkit dalam arti sebenar-benarnya. Sebab, kebangkita yang sejati dimulai dari kebangkitan tata pikir yang lebih dewasa, yang tidak kekanak-kanakan, yang kokoh konstruktif, yang berencana matang.

Agama mencanangkan perubahan nasib lewat usaha dalam kelurusan niat. Dalam arti bahwa pluit dimulainya perjuangan hidup tak usahlah menanti dulu aba-aba yang munculnya dari langit. Memang itulah yang dikehendaki Sang Kreator : ’Tak kan berubah nasib suatu bangsa, kecuali bangsa itu yang merubahnya sendiri’. Ini menandakan bahwa Tuhan telah maha jujur terhadap kreasi-Nya sendiri, dalam hal ini kreasi yang berwujud makhluk berakal, yang diberi lahan berpikir, yang diberi lahan usaha.

Setelah sadar bahwa Tuhan bukanlah diktator, mengapa umat berpangku tangan saja menanti guyuran nasib? Mengapa umat tak mampu merombak sistem berpikir yang telah usang dan lapuk, yang tak sesuai lagi dengan tantangan yang semakin berkembang, yang tak seiring dengan mengembangnya daya pikir kekhalifahan insan, yang tak seiring dengan mengembangnya jagat raya itu sendiri?

Bangkit yang sebenar-benarnya bangkit
bukanlah sekadar menghambur-hamburkan anjuran manis yang tanpa bekas. Merombak cara berpikir bukanlah merombak aqidah yang lempang sebab aqidah itu sendiri akan senantiasa terusung nilainya di dalam evolusi berpikir yang sehat dan jujur. Tuhan tak kan merelakan agama diusung oleh kesempitan pikir, sebab agama itu sendiri diturunkan pada manusia justru untuk menyelamatkan manusia dalam kesesatan pikiran.
Alangkah indahnya negeri yang semarak ilmu, semarak teknologi, yang ilmu dan teknologinya berguna bagi kesejahteraan ummat karena diimbas oleh nilai-nilai spiritual. Negeri demikian adalah negeri yang berilmuwan dan berteknologi penuh ketaqwaan, yang tak takkabur berkat ilmu dan kecanggihan teknologinya, yang penuh syukur terhadap Tuhan yang Mahaluhur.

Dengan jiwa mutma’innah, semoga tidak teralami kembali kutukan terhadap negeri Saba, yang diporak-porandakan Tuhan disebabkan oleh para penghuninya yang pintar namun tak sudi syukur terhadap Gusti Allahnya.

Masa lampau merupakan pelajaran buat masa kini, musibah masa lampau tak usahlah terulang kembali. Marilah kita berjuang membangun kebenaran Allah tanpa didekili interes yang kusam, kita bangun negeri yang baldatun tayyibatun wa-Rabbun ghafur, negeri indah adil makmur dalam ampunan Allah !

Dengan berbekal seabrek pengalaman sejarah yang tidak hanya menginjak harga diri siapapun, sudah saatnya kita sebagai salah satu dari komponen masyarakat Indonesia mulai berbenah diri dan bersatu guna membangun negara kita agar jauh lebih baik lagi. Mari kita intropeksi diri secara totalitas sehingga kita mempunyai suatu kesadaran ruang, posisi, dan moral yang balance.

Namun hal lain yang perlu mendapatkan sentuhan lebih adalah masalah pendidikan. Bagaimanapun juga, indikasi yang paling dominan untuk menunjukkan suatu peradaban maju dari sebuah bangsa adalah ketika sektor pendidikannya berkualitas lebih.

Semoga momen kebangkitan nasional ini bukanlah sekadar slogan-slogan belaka, melainkan kebangkitan yang penuh daya kreatif, energik, yang mampu memberi arti pada kehidupan, yang mampu memupus segala kegelisahan kini, yang mampu menggelarkan fitrah kesucian dalam genangan Ridho Ilahi Rabbi.

Oleh karena marilah kita bersama-sama menjadi salah satu bagian dari orang-orang yang memiliki kesadaran ruang, posisi, dan moral yang tinggi, sehingga Indonesia benar-benar bangkit menjadi bangsa yang bersahaja, sentosa, adil berkemakmuran dan makmur berkeadilan. Amien!